Kamis, 28 Mei 2015

Mengingat Sekian

Satu tahun. Sepertinya waktu itu belum cukup mampu menghapus torehannya yang membekas dalam, permanen, dan terpatri selamanya. Bukan, bukannya aku membuang setahun ku ini sia-sia, tapi rasanya sudah banyak usaha yang aku lakukan, sudah banyak tenaga yang aku keluarkan untuk benar-benar mengobati luka ku sendiri. Ya sendiri,, Aku tidak mau orang lain yang mengobatinya, Aku yang punya ruang, aku yang punya hati, jadi hanya aku yang berhak menata kamarku sendiri. Aku yang mengerti bagaimana caranya menyusun ini itu, mana yang harus aku buang atau mana yang harus aku simpan. Maaf jika memang rasanya aku terlalu memberi sekat. tapi aku tidak bisa mengizinkan siapaun masuk ke dalam dimensi porak poranda seperti...aaah entahlah, aku sudah cukup kehabisan kata-kata menggambarkannya

Untuk beberapa saat mungkin aku bisa tidak memikirkannya, tidak membayangkan seolah ada dia dalam ilusi optik di depan konea mataku, tapi itu hanya untuk beberapa saat saja. Rasanya aku lebih banyak terjaring jangkaran yang ku buat sendiri, aroma misalnya, gaya bicara seseorang, pakaian yang mirip seperti yang pernah dikenakannya, dan bahkan nama yang pffffff......sering membuat sensitif !

Sungguh, aku tidak berusaha melupakannya, karena sebagian orang mengatakan melupakan sesorang sama saja dengan memaksa otak untuk membuang ingatan yang padahal otak sendiri berusaha menyimpannya dalam memori jangka panjangnya. Tidak, aku tidak akan membuangnya, Bagaimanapun sakitnya itu, sebab sebelumnya aku pernah merasa sedikit bahagia walaupun hanya sebentar, Bagiku walau secuil biji apelpun tetap saja itu bahagian dari kenangan yang aku buat sendiri, aku yang menyutradarainya, aku pemeran utamanya, dan aku sendiri jugalah yang membeli tiket pemutarannya. Tapi sayang, produk ini gagal. Dan dari sinilah aku belajar dewasa, Belajar bagaimana berpikir sekeras mungkin dengan logika otak diantara benar dan salah, beradu argumen dengan kemelut perasaan dalam batin yang saling menggigit bertentangan, Disini aku belajar menyelesaikan masalahku sendiri, Belajar mengerti bahwa seperti ini loh dunia luar yang buas itu? Aku berusaha mengerti dan sadar bahwa raga ini bukan lagi anak-anak, tapi gadis remaja yang sedang dalam tahap menuju kedewasaan. Walaupun sebenarnya bagiku permen lolipop lebih menarik dibandingkan lipstik merah muda pastel.

Satu tahun ini memang terlihat sia-sia, karena malam ini aku kembali dijemput oleh perasaan rindu itu. Perasaan yang sama saat aku dan si pilot coret itu dulu pernah sama-sama merasa nyaman hanya dengan melihat senyuman dan berada dekat satu sama lain, Pernah merasa bahagia hanya karena bisa menjadi lucu dan saling tertawa diantaranya, Pernah saling khawatir ketika jarak ada sebagai dimensi pemisah kedekatan. Ketika pernah ada rasa cemburu dan kehilangan. Dan sialnya cemburu dan kehilangan itu sekarang sudah bukan selayaknya, Cemburu dalam tetapi tak panatas, kehilangan sangat tetapi tak berhak !

Seberapa banyak lagi waktu yang aku butuhkan? Masih wajarkah ini aku sebut sebuah proses?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar